Blognya Gumi!

NgeBloglah sebelum Ngeblog dilarang...

Thursday, September 13, 2007

Pendidikan Seks Untuk Anak Part#1

hmmmm...kemarin-kemarin gw sudah berjanji, mau present my KTI -Pendidikan Seks Untuk Anak Dari Berbagai Literatur-,, tapi karena gw malas, gak jadijadi...

Bismillah... mulai dicoba.... sepotongpotong yah soalnya (heheheh) males.... diselangseling sama postingan gw yang (hehehe) gak penting....




BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah


Data Kekerasan seksual yang menimpa anak-anak (usia di bawah 18 tahun) yang dihimpun oleh Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak di RSCM dari Juni 2000 hingga Juni 2005 menunjukkan, kasus kekerasan seksual terhadap anak perempuan mencapai 1200 kasus dan pencabulan anak laki-laki sebanyak 68 kasus (www.femina-online.com)

Sementara itu Polda Jabar juga menyatakan bahwa kekerasan seksual pada anak-anak masih sering terjadi. Di wilayah Jawa Barat saja, data yang dihimpun Polda Jawa Barat dalam kurun waktu 6 bulan(Oktober 2001-Maret 2002) telah terjadi 116 kasus kekerasan seksual pada anak-amak. Kasus-kasus itu meliputi 57 kasus perkosaan, 25 kasus pencabulan, 9 kasus sodomi, 1 kasus dibawa lari dan disetubuhi, 6 kasus dilacurkan, 9 kasus pelecehan seksual, dan 9 kasus usaha perkosan (www.smeru.or.id)

Korban umumnya dibawah usia 16 tahun, dan pada umumya dimulai ketika anak masih sangat kecil dan belum mengerti perilaku seksual. Penganiyaan biasanya berlangsung selama bertahap dan meningkat seiring dengan berjalannya waktu (Modul YPKP, 2006)

Data-data tersebut hanyalah kasus-kasus yang diungkap oleh pihak kepolisian, jumlah nyata kasus yang belum atau tidak terungkap lebih besar lagi. Kasus-kasus ini biasanya baru terungkap setelah berlangsung beberapa tahun, sehingga diperkirakan masih banyak kasus-kasus serupa yang tidak terungkap, juga kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak jalanan.

Penyebab utama kasus-kasus yang tak muncul ke permukaan adalah karena orangtua banyak menganggap kasus ini sebagai aib. Atau jika dianggap masalah, hanya merupakan masalah domestik, lantaran pelaku kekerasan ini banyak yang dilakukan oleh kalangan terdekat ketimbang orang asing. Tanpa bermaksud menakut-nakuti, kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak-anak pada realitasnya lebih banyak dilakukan oleh kalangan terdekat ketimbang orang asing. Misalnya ayah kandung, ayah tiri, paman, tetangga, guru sekolah, kakek, sopir, tukang kebun atau bisa juga ibu kandung atau ibu tiri, maupun baby sitter(www.femina-online.com).

Kekerasan seksual, eksploitasi seksual terhadap anak-anak dari seseorang yang lebih kuat darinya, baik secara fisik maupun otoritas psikologis, biasanya terjadi pada anak yang lebih tua atau orang dewasa yang memaksakan kehendaknya untuk melakukan kontak seksual. Tindakan seksual ini seperti mencabuli anak dengan penyentuhan pada alat kelamin anak, tindakan masturbasi, seks oral bahkan penetrasi baik dengan tangan maupun penis serta obyek lain ke vagina dan anus anak (Modul YPKP, 2006).

Tak ada yang sebenarnya tahu, berapa besar ancaman pedofil disekitar anak kita. Jadi, tidak perlu menunggu sampai anak berusia 5-6 tahun untuk mengajarkan self respect dan privasi. Money dkk menunjukkan bahwa pada umur 18 bulan anak mungkin sudah mempunyai pegngan yang kokoh dan irreversibel tentang peranan jenis kelaminnya. Ahli-ahli yang lain menganggap bahwa identifikasi akhir dari jenis kelamin sendiri terjadi di antara umur 2,5-3 tahun. Dua pertiga anak-anak yang berumur 4 tahun dapat mengidentifikasikan jenis kelamin mereka dengan tepat.

Dari penelitian, sekitar 50% penyimpangan seks yang terjadi di usia dewasa disebabkan sejak dini mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan seks. Pendidikan seks ini dimaksudkan agar anak-anak tidak melakukan hal yang tidak-tidak atau mencoba-coba untuk tahu mana yang boleh mana yang tidak. Selain itu memberikan pendidikan agama dan budi pekerti sehingga si anak bisa terhindar dari penyimpangan seks (Suhargono, 2006).

Zaman yang semakin berubah, salah satunya adalah makin bebasnya informasi termasuk informasi seks yang cukup memprihatinkan. Dengan teknologi dunia menjadi tidak terbatas lagi. Anak-anak sekarang bisa dengan bebas dan leluasa menerima informasi baik yang positif maupun yang negatif, internet, surat kabar, tabloid majalah, radio dan televisi makin gampang seks dipapar secara terbuka. Semua itu membuat orangtua seolah tak berdaya dalam upaya membatasi pengaruh pada anak-anak.

Kesulitan dihadapi orangtua karena selama ini orangtua menganggap untuk membicarakan seks harus mempunyai waktu khusus. Orangtua kadangkala bingung dan tidak tahu bagaimana harus menerangkan pada anak soal seksualitas. Bagaimana caranya dan bahasa apa yang cocok atau sampai sejauh manakah informasi tentang seksualitas harus diceritakan pada anak? Kapan sebaiknya memulai pendidikan seks untuk anak? Adakah hambatan dalam pemberiannya dan bagaimanakah solusinya? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan itu, maka penulis tertarik untuk mempelajari pendidikan seks untuk anak ini.


BTW blogger,,,
segitu dulu nanti disambung lagi...
(ngepostingnya gak bener salnya diselangseling chatting di YM nigh)
tapi tertarik kan untuk mengetahui pendidikan seks untuk anak ini?

6 comments:

Anonymous said...

masih pendahuluan, thoh? ayo cepat masuk ke "intinya".

ted said...

pendidikan seks perlu karena adanya pelecehan seksual ?

kalo tidak ada pelecehan seksual berarti ngga perlu pendidikan seks ?

kalo pendidikan seks ada apakah pelecehan seksual akan berkurang ?

A. Mommo said...

wahhhhh... langsung praktek ilmunya nih,,, jadi iri, :D iri untuk kebaikan boleh kan? hehehe

Cempluk Story said...

pendidikan seks sejak dini saya rasa perlu..biar nanti nya anak gak salah jalan..namun bukan dibahas secara vulgar pada anak2. met puasa mbak..btw,ide bukbar bareng spt nya seru..

Anonymous said...

Sex Education for Kids ?, setuju !!!

Gumi Angga said...

toek mas aulia muhammad:
sabar.... kan introduction dulu gt... biar menggugah perasaan orang dewasa (dalam hal ini: orangtua)...

toek mas sandy eggi:
1. gak cuma karena pelecehan seksual aja... Suhargono (2006) menyebutkan 50% penyimpangan seksual di masa dewasa disebabkan karena masa kecilnya gak dapet pendidikan seks. Anak 5 tahun sudah harus tahu dia itu perempuan atau laki-laki. Jadi, dia gak mengalami krisis identitas seksual.
Nanti massand, insyaallah paham pada akhirnya setelah saya masuk bab 2 bab 3, jadi sering2 maen kesini yah.
2. Ya tetep mas... tapi gak mungkin juga gak ada pelecehan seksual... pelecehan seksual juga banyak menimpa orang dewasa, lebih-lebih kaum perempuan. Mas pernah naik KRL Bogor-Kota di jam 6 pagi? Pernah naik PATAS jam 5 sore? pelecehan banyak terjadi... hikshiks. Pelecehan seksual kan gak bisa diprediksi, selama ada kesempatan dan niat pelaku... makanya waspadalah waspadalah... Kalo misalnya kita udah dapet pendidikan, seenggaknya kita bisa melawan...jangan takut.
3.Setidaknya pelakunya kapok karena korbannya punya keberanian. Pendidikan seks juga dimaksudkan biar anak gak jadi PELAKU pelecehan nantinya bukan sebagai calon kornban saja, karena fase-fase kegidupan (oral, anal, genital, phallusnya) sudah terpuaskan pada masa anaknya.
Salut euy massand,,, pertanyaannya seperti penguji gw hahaha,,, cerdas bro.

toek mommo:
mommo nigh, bisanya ngiri aja. Geura lulus bro, kumaha tos sebelas semester teh. Ulah ngadamelan puisi wae atuh, hahah... cepet lulus! Trus transper elmunyah.

toek mas cempluk:
memang mas,,, kalo denger judul KTI saya (KTI itu skripsinya d3) emang orang-orang suka esmosi jiwa... NGAPAIN ANAK_ANAK DIAJAR PENDIDIKAN SEKS? masyaallah, bahasan saya mah bukan cara-cara berhubungan seks tetapi lebih ke pembentukan sikap dan moral seorang anak, sehingga kehidupannya nanti menjadi sehat dan bertanggung jawab.
Misal:
bagaimana menjelaskan ke anak bila ia bertanya:
kenapa kita tidak boleh telanjang?
kenapa tante itu hamil?
Bayi keluar darimana?
dan bila anak berkata:
aku ingin punya bayi sendiri
aku ingin menikah, dsttt...

toek maskol...
yup... sayyapun...
anak dalam KTI saya terbagi dalam 2 masa: masa anak awal dan masa anak akhir.
Masa awal anak (2-6 tahun)
anak diajarkan:
1. penyebutan nama ilmiah organ.
misal : maaf...penis untuk penis bukan burung,, (biar anak gak megangin aja, takut terbang) dan sebaliknya.
2. Toilet training... jadi anak tidak BAB dan BAK dimana mana.. minimal umur 5 tahun dia bisa melakukan selfservice seperti membersihkan dirinya.
3.agar anak menghargai tubuhnya sebagai barang beharga.
Contoh diajarkan menilai sentuhan.
sentuhan yang boleh: Menyentuh kepala (mengusap-ngusap)
sentuhan yang dilarang: menyentuh organ kelamin, paha atau dada
yang membingungkan: Mengelus kepala sambil memangku dan mencium.
Yah selanjutnya akan dibahas minggu depan....tungguin yah.

Thanks ya semua... mana nih ibu-ibunya? kok bapak-bapak semua gini...