Blognya Gumi!

NgeBloglah sebelum Ngeblog dilarang...

Wednesday, June 21, 2006

YA.
Sudah baca, minimal denger kan soal seorang ibu yang membunuh 3 anak kandungnya itu sendiri, di bandung, minggu lalu?
Walaupun saya bukan siapa-siapanya mereka, hanya kenal sang Ayah saja, saya turut merasakan rasanya. Kaget, sedih, kecewa, marah, bingung bercampur jadi satu. Pertama kali dengar, dari teman di Salman. Rasa sedih dan kehilangan bercampur jadi satu. kok bisa, 33nya meninggal karena keracunan makanan?
Kan umur umar baru 9 bln? Udah bisa nelen makanan apa? paling banter juga keracunan minuman.
Turut berduka, apalagi di Pikiran Rakyat, foto yang dipasang adalah ketika Kang Iman memimpin Sholat Jenazah buah hatinya.
Bagaimana rasanya kehilangan 3 anak sekaligus?
Anak adalah harapan. Beranak tentu berharap.
Berapa lama sampai sanggup menerima kenyataan bahwa anak adalah 'titipan' yang sewaktu-waktu bisa diambil Sang Pemiliknya?
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.
Saya percaya, kang iman adalah sang 'terpilih'.
Esoknya, terjadi perkembangan berita dan itu mengejutkan. SANGAT
Mereka meninggal karena terbunuh?
Dan yang bunuh adalah ibunya sendiri. Maka basilah peribahasa yang mengatakan bahwa 'Sebuas-buasnya indung singa, tidak akan membunuh anaknya sendiri' dan ternyata, kalau Ibu Tiri lebih kejam dari ibu kandung, ya nggak juga....
Istighfar. istighfar. Mari.
Saya menangis, tidak tahu untuk siapa. Tidak tahu harus menyalahkan siapa.
Saya cinta anak-anak, 'memuja' mereka, 'menggila-gilai' mereka
Saya mencoba menjadi mbak Anik. Dalam kenormaln yang normal, saya tidak mempunyai keinginan atau memikirkannya saja seram, gak mau: untuk membunuh mereka, mengambil hak hidup mereka. tapi saya juga menintai mereka. Biarlah, kalu boleh meminta, takdir menjemput saya dahulu baru mereka.
Saya ingin diam dalam benak sang pembunuh, pikiran apa yang menguasainya? Saya ingin tahu, benarbenar ingin tahu. Mengapa? Kenapa? Sebabnya, hingga "TING!" ada keputusan untuk: BUNUH! BUNUH! BUNUH!
Khilaf? semua manusia pernah alpa.
Bilamana pembunuhan itu direncanakan, mengapa merek terus menerus memelihara hasrat?
Mungkin jika saya frustasi, saya kabur saja meninggalkan mereka.
Istighfar lagi. Istighfar lagi.
Saya sering melihat perjuangan seorang calon ibu untuk melahirkan dan saya akrab dengan wanita-wanita yang hamil, dan memeriksa mereka. Mereka membiarkan bayi-bayi itu tumbuh dan berkembang dalam rahim yang hangat dan damai. Itu memakan bilangan 9 bulan. Dan akhir adalah awal... berjuang 9 bulan belum selesai. Ada perjuangan antara hidup dan mati, pahala jihad menanti seiring dengan keikhlasan hati menjalaninya....
Dan perjuangan belum-belum pernah selesai. Seorang ibu berjuang demi anak-anaknya sampai ia mati.
Bayi keluar, belum selesi. Ada babyblues, semua wanit mengalaminya, dengan kadar berbeda-beda,
Merasa tak sanggup mengurus bayinya.
Merasa bila bayinya menangis itu gara-gara dia.
Merasa takut bayinya meninggal.
Dan disinilah dibutuhkan peran orang-orang di sekitarnya. SUSAH, SANGAT SUSAH jadi ibu habis melahirkan... Belum benar pulih 100% dia harus mengurus bayinya, seharian,, begadang pun dijabani. Belum lagi ternyata itu bayi yang kedua-ketiga-keempat atau seterusnya. Ada sang kk bayi yang harus dirawat. Ada suami yang harus dilayani. Nggak punya pembantu. Nggak ada duit.
DEPRESI adalah perasaan sangat pergi yang memenuhi pikirannya sehari-hari (paling sedikit 2 minggu) sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya, tidak suka makan, atau jadi makan terlalu banyak, merasa dirinya serba negatif dan tak berharga, sukar tidur, serta ada kalanya ingin mengakhiri hidup.
Penderita depresi bagai terperangkap dalam pikiran serba negatif dan menyedihkan, merasa bersalah dan dikalahkan.
Hanya karena hujan ketika ultah, ia merasa seluruh alam memusuhinya.
Atau karena karcis habis ketika akan membeli, ia merasa dirinya selalu sial.
Babyblues bertahan paling lama 2 bulan.(KompasMinggu)
Depresi itu bisa seumur hidup.
YANG SUDAH TERJADI, jadikan hikmah...
1. Jalin komunikasi antar keluarga
2. Mintalah agar tetap istiqomah pada Allah...
3. Pentingnya kita untuk memperluas keimanan.
Ini pelajaran mahal. Tanah kuburan masih merah. Airmata saya belum kering. Teringat kata seorang teman, tidaklah suatu peristiwa yang telah terjadi, menjadi hikmah bagi kaum yang berfikir.

4 comments:

mr. dufix said...

Tragis memang, tapi sudah terjadi. Semua yang ada di dunia ini memang serba mungkin. Karena yang benar disalahkan dan salah dibenarkan. Lebih-lebih untuk seorang psikopat.
Kadang pikiran buruk yang terlitas begitu saja bisa jadi sesuatu yang besar . Oleh karena itu kita hidup di tengah2 masyarakat.

catur catriks said...

sepakat sama reza.
kita tahu keluarga, adalh kekayaan paling berharga.
banyak orng melakukan hal yg berat atau meninggalkan sesuatu yang sangat dirindukan hanya untuk keluarga.
eh, U tahu motif ibu anik?
dia bilang takut tidak bisa membahagiakan anak2nya.
eh, dia ibu yang aneh bukan?
oke,mudah2an ada ibrah bagi orng2 yg berpikir

Gumi Angga said...

sepakat juga dengan anda bung reza! oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk saling berbagi, baik duka dan suka... jangan dukanya aja ya? hehehe... dan yang paling penting adalah rasa PEKA,,, pada lingkungan sekitar...

rasanya lazim bung Catur,,, apabila ada pikiran dalam benak seorang ibu,,, takut untuk membahagiakan anak-anaknya.... yang aneh adalah: bila ketakutannya itu terlampau berlebihan dan mengambil tindakan yang salah,,, ya inilah ibrah untuk kita semua, yang akan menikah, yang sedang dalam pernikahan, yang sudah tidak menikah lagi...

btw,,, thanksss yaaa udah mampir ke blog saya!! besok, saya akan mampir ke blog anda!

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.